Skip to Content

Kota Solo Makin Ramai, Public Relations Wajib Paham Cara Atasi Krisis

Dibahas dalam event Ngobrol Bareng Komunitas ProSolo
Kota Solo Makin Ramai, Public Relations Wajib Paham Cara Atasi Krisis - Dibahas dalam event Ngobrol Bareng Komunitas ProSolo


​Surakarta, 20 Agustus 2025 (ProSolo) - Tingkat visitasi wisatawan ke Kota Bengawan semakin tinggi dari tahun ke tahun. Tercatat, sejak 2020 sampai 2025 jumlah kunjungan wisata menunjukkan tren positif. Proyeksinya, sebanyak 7,2 juta pengunjung di sepanjang 2025. Dengan jumlah visitor sebanyak ini, berbanding lurus dengan ekspektasi customer yang sangat tinggi. Artinya, seorang Public Relations (PR) atau Marketing Communications (Marcomm) wajib menguasai cara mengatasi krisis dengan lebih baik. 


​​ ​"Respon pelanggan ini kan sangat beragam. Di era sekarang, mayoritas pelanggan yang komplain, mereka tidak sampaikan langsung ke manajemen. Tapi memilih lewat media sosial. Karena dunia digital sangat masif, ini jadi tugas marcomm untuk handle krisis ini," ungkap CEO dan Founder Karavan Network and Research, Yunianto Puspowardoyo dalam acara Ngobrol Bareng bersama Komunitas ProSolo (Public Relations Solo), kemarin (20/8) di Djampi Jawi.


Yunianto menyebut di era digital, reputasi adalah aset termahal. Maka perlu ada panduan strategis untuk menghadapi krisis public relations. Yakni, kesiapan, responsif, adaptif, transparan, optimalisasi, dan nyaman.


​"Paling penting adalah kesiapan. Buat tim dulu. Mau ada konflik atau tidak ada konflik, setidaknya manajemen sudah harus siap dengan tim yang sudah dibentuk. Jadi, marcomm jangan jadi APAR (alat pemadam) masalah. Jangan sampai ada api dulu baru dipadamkan. Sumber api sekecil apapun harus segera diantisipasi. Karena sangat berisiko bagi manajemen ke depannya," bebernya.



​Koordinator ProSolo, Dhani Wulandari membenarkan bahwa tugas marcomm adalah garda terdepan untuk mengatasi krisis, terutama komplain dari pelanggan. Terlebih di zaman yang serba digital ini, tak sedikit pelanggan yang memilih komplain di media sosial agar viral. Hal ini tidak bisa disalahkan juga karena masifnya arus informasi yang tidak terbendung.


​"Yang perlu kita antisipasi adalah bagaimana caranya kita sebagai marcomm menjaga agar tidak muncul komplain. Apalagi di media sosial. Kita juga wajib sering mengecek review atau guest comment di berbagai platform. Karena saat ini, banyak pelanggan atau tamu yang menentukan pilihan berdasarkan hasil review dan pengalaman pelanggan sebelumnya," jelasnya.


​Sementara itu, event Ngobrol Bareng ini diikuti oleh 20 member ProSolo yang terdiri dari hotel, mall, dan rumah sakit di Kota Solo dan sekitarnya. Salah seorang member, Mahadewi Lordes mengapresiasi diselenggarakannya kegiatan ini.


​"Materi yang disampaikan sangat relate dengan tugas sehari-hari kami para marcomm. Meskipun sudah sering menghadapi komplain, tapi kami tetap butuh ilmu baru, tips and tricks untuk mengatasi krisis yang semakin berkembang," ujarnya.


Share this post
Tags
Archive
Sign in to leave a comment
Gamelan Ethnic Music Festival 2025
Hadirkan “Voice of Resonance” di Surakarta